Return to site

Sudah Jadi Idola Asia, Rupiah Tembus Rp 14.100/US$ Pekan Ini?

Semarang, PT KP Press - Rupiah mencatat pelemahan 2 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS), setelah melemah melemah 0,21% ke Rp 14.255/US$ sepanjang pekan lalu.Meski demikian, kinerja tersebut bisa dikatakan cukup bagus, sebab bank sentral AS (The Fed) pada Kamis lalu memberikan sinyal kenaikan di tahun depan, lebih cepat ketimbang proyeksi sebelumnya di 2023. Pergerakan tersebut bisa jadi modal bagi rupiah untuk menguat di pekan ini.

Apalagi, rupiah kini menjadi idola pelaku pasar di Asia.    

pelaku pasar kini mengambil posisi beli (long) rupiah, bahkan menjadi yang terbaik dibandingkan mata uang Asia lainnya.

Hal tersebut tercermin dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah, bahkan menjadi yang terbesar diantara 9 mata uang Asia lainnya.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

IDR

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (23/9/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,50, membesar dari 2 pekan lalu -0,44.

Rupiah kini menjadi mata uang dengan posisi long terbesar di Asia, mengalahkan rupee India yang disurvei kali ini turun menjadi -0,45% dari sebelumnya -0,88%.

Survei ini konsisten dengan pergerakan rupiah, ketika pelaku pasar mengambil posisi long, maka rupiah akan cenderung menguat, begitu juga sebaliknya.

Reuters menyebutkan, pelaku pasar mempertahankan posisi long setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga di pekan lalu. Maklum saja, dengan posisi inflasi yang rendah, BI punya ruang untuk menurunkan suku bunga.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai RDG, Selasa (12/9).

BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah sejak Februari 2021. Artinya, suku bunga acuan sudah bertahan selama tujuh bulan beruntun.

Fitch Solutions dalam laporan bulanan edisi Agustus dengan judul Delta Variant a Severe Threat to Asia's Growth Recovery, memprediksi di akhir tahun ini suku bunga BI berada di 3,25%, artinya turun 25 basis poin dari level saat ini.

Dengan dipertahankannya suku bunga, imbal hasil menjadi tetap menarik bagi pelaku pasar.

Selain itu, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang sudah terkendali di Indonesia juga membuat sentimen terhadap rupiah membaik.

Kemarin kasus baru dilaporkan bertambah sebanyak 1.760 orang, dengan positivity rate 1,18%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas 5% agar pandemi bisa disebut terkendali. Artinya, Indonesia bisa dikatakan sudah terkendali, sebab positivity rate jauh di bawah batas 5%.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210927071849-17-279304/sudah-jadi-idola-asia-rupiah-tembus-rp-14100-us--pekan-ini