Semarang, PT Kontak Perkasa - Indeks saham, kurs rupiah dan obligasi pemerintah kompak menguat menyusul masuknya dana asing. Hari ini, optimisme pasar yang terbentuk dua hari terakhir akan menemukan momen kebenarannya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat dan kembali cetak rekor all time high pada penutupan Rabu kemarin (9/2/2022)., dengan melesat 0,66% atau 45,08 poin di level 6.834,61 dan menjadi level penutupan IHSG tertinggi sepanjang masa.
Indeks konsisten bergerak di zona hijau sejak sesi I perdagangan. Transaksi cukup ramai dengan nilai total transaksi mencapai Rp 13,66 triliun. Sebelumnya, transaksi hanya berkisar Rp 12 triliun.
Bersamaan dengan peningkatan nilai transaksi, asing kembali mencetak pembelian bersih (net buy) jumbo senilai Rp 1,39 triliun. Sebanyak 271 saham menguat, 265 lainnya melemah dan 148 sisanya tertekan.
Di pasar valuta asing (valas), rupiah sukses kembali menguat melawan dolar AS, melanjutkan kinerja positif hari sebelumnya. Bahkan sejak awal perdagangan Selasa kemarin, rupiah tidak pernah masuk ke zona merah sehingga menjadi juara di Asia.
Melansir data Refintiv, Mata Uang Garuda membuka perdagangan dengan menguat 0,17% di Rp 14.365/US$. Penguatan rupiah sempat terpangkas hingga tersisa 0,1%, sebelum kembali bertambah dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.355/US$, menguat 0,24% di pasar spot.
Di pasar surat utang, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) juga menguat, mengindikasikan aksi buru para pemodal jelang pengumuman inflasi AS Kamis ini.
Mayoritas investor memburu obligasi pemerintah, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan penguatan harga di hampir seluruh tenor SBN. Rata-rata delapan SBN yang menjadi acuan pasar mencetak penurunan imbal hasil sebesar 2,11 basis poin (bp).
Dari kedelapan SBN, hanya obligasi bertenor 20 tahun yang dilepas investor, ditandai dengan penguatan yield sebesar 0,2 bp. Yield SBN tenor 10 dan 25 tahun flat, sedangkan yield lima SBN lainnya melemah.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Triple rally tersebut terjadi di tengah derasnya aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke dalam negeri. Sepanjang Januari lalu, terjadi capital outflow di pasar obligasi Indonesia senilai Rp 4 triliun.
Hal ini terlihat dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) yang menunjukkan kepemilikan asing di SBN per 31 Januari sebesar Rp 887,28 triliun, turun dari posisi 31 Desember 2021 sebesar Rp 891,34 triliun.
Namun, situasi berubah pada bulan ini di mana kepemilikan asing (per 5 Februari) tercatat sebesar Rp 894,06 triliun, alias bertambah Rp 6,78 triliun hanya dalam 5 hari saja alias terjadi capital inflow.
Dus, secara tahun berjalan posisi asing yang outflow di Januari berbalik menjadi inflow sebesar Rp 2,72 triliun. Di bursa saham, selama sepekan terakhir net buy asing tercatat lebih dari Rp 5,8 triliun.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220210060830-17-314216/moment-of-truth-siap-siap-simak-rilis-inflasi-as