Semarang, PT Kontak Perkasa - Harga mayoritas kripto kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa (25/1/2022) pagi waktu Indonesia, setelah sempat berbalik arah (rebound) ke zona hijau pada Senin siang waktu Indonesia.
Setelah sempat rebound, koreksi pasar kripto mulai terjadi kembali pada Senin malam waktu Indonesia, di mana secara mayoritas nyaris menyentuh level terendahnya sejak Juli tahun 2021.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 08:40 WIB, hanya Bitcoin dan dua kripto stablecoin yakni Tether dan USD Coin yang diperdagangkan di zona hijau pada pagi hari ini.
Bitcoin menguat 1,09% ke level harga US$ 36.149,89/koin atau setara dengan Rp 516.943.427/koin (asumsi kurs Rp 14.300/US$).
Sedangkan sisanya kembali terkoreksi pada pagi hari ini. Ethereum merosot 3,22% ke level US$ 2.394,90/koin atau Rp 34.247.070, Binance Coin (BNB) terkoreksi 3,24% ke US$ 363,27/koin (Rp 5.194.761/koin), Cardano ambles 5,05% ke US$ 1,04/koin (Rp 14.872/koin), dan Dogecoin terpangkas 2,33% ke US$ 0,1367/koin (Rp 1.955/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Sebelum kembali rebound ke kisaran level US$ 36.000, Bitcoin sempat terkoreksi dan menyentuh kisaran level US$ 33.000 pada Senin malam waktu Indonesia, sekaligus nyaris menyentuh level terendahnya sejak Juli 2021. Adapun level terendah Bitcoin pada Juli tahun lalu berada di kisaran level US$ 29.000.
Tak hanya di Bitcoin saja, Ethereum juga sempat nyaris menyentuh level terendahnya sejak Juli 2021, di mana level terendah Ethereum saat itu berada di kisaran US$ 1.700. Ethereum pada Senin malam waktu Indonesia sempat terkoreksi 10% ke level US$ 2.189,15/koin atau Rp 31.304.845/koin.
Bahkan hingga pagi hari ini, koreksi di Ethereum belum usai dan koin digital alternatif (altcoin) terbesar itu terus mendekati level terendahnya sejak Juli 2021.
Dari awal tahun 2022 hingga pagi hari ini atau year-to-date (YTD), Bitcoin, Ethereum, dan kripto berkapitalisasi pasar besar lainnya sudah terkoreksi hingga di kisaran 20%-45%.
Pasar kripto telah mengalami perubahan harga yang liar dan telah terpukul sejak awal tahun 2022, karena selera risiko investor makin memudar di tengah kekhawatiran inflasi dan antisipasi laju kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Koreksi harga di sebagian besar kripto utama terjadi seiring masih jatuhnya harga saham teknologi di AS dan global, di mana koreksi dalam di saham teknologi membuat indeks S&P 500 di bursa saham AS (Wall Street) ditutup terkoreksi, meskipun pada penutupan perdagangan kemarin sudah mulai pulih.
Dalam sebuah catatan penelitian pada Jumat pekan lalu, Edward Moya, analis pasar senior Amerika di OANDA, mengatakan Bitcoin jatuh karena para trader mengurangi portofolio risiko mereka setelah karena koreksi di pasar saham global dan sebelum pertemuan kebijakan moneter The Fed yang dimulai pada hari ini hingga besok waktu AS.
"Bitcoin tetap berada di zona bahaya dan jika level US$ 37.000 dilewatinya, maka tidak banyak level support sampai level US$ 30.000," kata Moya, dikutip dari Reuters.
Khusus untuk Bitcoin, sentimen negatif tambahan yang menyebabkan harganya terus melemah lantaran greenback yang kinerjanya terus menguat hingga kemarin.
Sebagai salah satu digital currency alternatif, pergerakan Bitcoin juga cenderung berlawanan arah dengan dolar AS. Ketika greenback menguat maka ada peluang Bitcoin dan kripto lain melemah karena mata uang alternatif ini mayoritas diperdagangkan dalam satuan dolar AS.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220125085418-17-310151/bitcoin-rebound-tipis-tapi-aset-kripto-masih-rawan-longsor