Semarang, Kontak Perkasa Futures - Membaiknya sentimen pelaku pasar global membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat hingga 0,6% di awal perdagangan Selasa kemarin. Tetapi semua berubah dalam waktu singkat, IHSG berbalik terpuruk lebih dari 1,1% ke 6.533,932. Pada perdagangan Rabu (1/12), IHSG berisiko merosot lebih lanjut, sebab ada kabar buruk bagi bursa saham global.
Di awal perdagangan IHSG mampu menguat setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak perlu melakukan lockdown akibat Omicron.
"Jika masyarakat sudah divaksin dan mengenakan masker, tidak perlu lagi dilakukan lockdown. Selain itu tidak akan ada pembatasan perjalanan," kata Biden dalam konferensi pers Senin kemarin, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Pernyataan Biden tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, bursa saham pun menghijau.
Namun, semua berubah seketika setelah CEO Moderna, Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times jika dia memperkirakan vaksin yang ada saat ini kurang efektif melawan Omicron.
Senin lalu, Bancel juga mengatakan akan memerlukan waktu beberapa bulan jika harus mengembangkan vaksin baru.
Kini kabar buruk lainnya bagi bursa saham global datang dari kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan mempercepat tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata ketua The Fed, Jerome Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).
Percepatan tapering menjadi kejutan bagi pasar yang berisiko menimbulkan gejolak. Apalagi ketika tapering dipercepat, ada peluang The Fed juga menaikkan suku bunga lebih awal. Bursa saham Eropa dan AS (Wall Street) yang merosot akibat Omicron makin rontok merespon pernyataan Powell. kemerosotan tersebut tentunya berisiko merembet ke pasar Asia hari ini.
"Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember," tambah Powell.
Secara teknikal, efek dari duet pola Doji dan Shooting star langsung terlihat pada perdagangan Jumat (26/11), IHSG jeblok hingga lebih dari 2%, dan berlanjut lagi Selasa kemarin. Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Awal pekan ini, IHSG juga jeblok lagi ke bawah 6.500 hingga menyentuh rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya berbalik naik. MA 50 di kisaran 6.500 menjadi support terdekat yang akan menahan penurunan IHSG. Tetapi, jika ditembus, IHSG berisiko merosot ke 6.470.
Support selanjutnya berada di kisaran 6.430.
Tekanan bagi IHSG masih cukup besar jika melihat indikator stochastic pada grafik harian dan 1 jam yang bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya ketika belum mencapai wilayah oversold, belum ada pemicu IHSG untuk rebound.
Namun, selama bertahan di atas 6.500, IHSG memiliki peluang menguat ke 6.600. Penembusan di atas area tersebut akan membuka peluang ke 6.630 dan menutup gap (celah) yang terjadi Selasa kemarin.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211130162210-17-295560/ada-kabar-buruk-bagi-bursa-saham-global-awas-ihsg-jeblok