Semarang, PT KPF - Pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen membuat rupiah melemah tipis 0,03% ke Rp 14.430/US$ Rabu kemarin. tetapi rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia membantu rupiah menipiskan pelemahan. Dolar AS kembali perkasa setelah Janet Yellen yang juga mantan ketua bank sentral AS (The Fed) menyatakan suku bunga harus naik agar perekonomian tidak mengalami overheating. "Mungkin suku bunga harus naik untuk memastikan bahwa ekonomi kita tidak overheating," kata Yellen dalam percakapan yang direkam sebelumnya dengan The Atlantic, dikutip CNBC Internasional. Pernyataan Yellen tersebut tentunya memicu ekspektasi The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan yang membuat dolar AS perkasa.
Dalam 2 hari terakhir indeks dolar menguat 0,4%, sementara pada perdagangan hari ini, Kamis (6/5/20210), turun 0,07% yang bisa menjadi peluang bagi rupiah untuk menguat. Selain itu, sentimen pelaku pasar telihat cukup bagus, bursa saham AS (Wall Street) meski masih bervariasi Rabu kemarin, tetapi indeks Dow Jones mampu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penguatan tersebut disusul bursa utama Asia pagi ini, indeks Nikkei melesat lebih dari 1%, yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang cukup bagus. Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 mengalami kontraksi (minus) 0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia terkontraksi 0,74%. Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy. Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia terjebak di 'jurang' resesi ekonomi selama 1 tahun. Meski demikian, dengan kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 tentunya berpeluang lebih tinggi dari prediksi, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah. Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini tertahan di rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari di di kisaran Rp 14.400-14.430/US$. Level tersebut kini menjadi support terdekat. Potensi penguatan rupiah munculnya stochastic bearish divergence. Stochastic dikatakan mengalami bearish divergence ketika grafiknya menurun, tetapi harga suatu aset masih menanjak. Munculnya stochastic bearish divergence kerap dijadikan sinyal penurunan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun, atau rupiah akan menguat.
📷Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian Foto: Refinitiv
Rupiah saat ini masih di atas MA 100 dan MA 200. Artinya rupiah kini bergerak di atas 2 MA yang menjadi penghalang rupiah untuk menguat jauh. Jika MA 50 mampu ditembus dengan konsisten rupiah berpeluang menguat ke MA 100 di kisaran Rp 14.370-14.380/US$. Rupiah berpeluang menguat lebih tajam jika mampu menembus konsisten di bawah MA 100. Sementara jika tertahan di atas MA 50, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.500/US$. Resisten kuat berada di kisaran Rp 14.530/US$.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210506082939-17-243592/yellen-effect-meredup-rupiah-siap-pukul-balik-dolar-as