Semarang, PT KP Press - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi ini. Sepertinya investor kembali 'menyerok' kontrak minyak karena harga sempat anjlok dini hari tadi.
Pada Selasa (3/8/2021) pukul 08:09 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 73,32/barel. Naik 0,59% dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 71,66/barel. Bertambah 0,58%.
Akhir Tahun, Produksi Minyak Blok Rokan Bisa Lampaui Target
Harga si emas hitam mengalami technical rebound karena sempat turun lumayan dalam. Pada pukul 01:52 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 4,51% dari light sweet jatuh 3,75%.
Kekhawatiran terhadap penurunan permintaan menjadi pemberat langkah si emas hitam. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China mengecewakan.
Di AS, Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 59,5 pada Juli 2021. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 60,9.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Memang benar PMI manufaktur AS masih di atas 50, bahkan lumayan jauh di atas 50. Ini menunjukkan industriawan Negeri Adikuasa masih melakukan ekspansi. Namun laju ekspansi itu melambat dibandingkan Juni 2021. Bahkan PMI manufaktur AS turun dalam dua bulan beruntun.
Sementara di China, Caixin melaporkan PMI manufaktur Negeri Panda pada Juli 2021 berada di 50,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3 sekaligus menjadi yang terendah sejak April tahun lalu.
Padahal AS dan China adalah dua negara konsumen minyak terbesar dunia. Pada 2018, total konsumsi minyak AS dan China mencapai 34,4 juta bare;/hari. Angka ini sudah 41% dari total konsumsi minyak dunia.
"Oleh karena itu, pasar begitu bereaksi terhadap data di AS dan China. Sebab keduanya adalah konsumen minyak terbesar di dunia. Penurunan konsumsi di sana akan sangat mempengaruhi pasar," sebut John Kilduff, Partner di Again Capital LLC yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.