Semarang, PT KP Press - Pasar saham dan obligasi kompak menguat menyambut kabar positif kuatnya kinerja perekonomian sepanjang tahun 2021. Namun, pembatasan sosial level III menjadi kejutan klasik yang berpeluang membuyarkan eforia positif tersebut pada hari ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat lebih dari 1% pada perdagangan Senin (7/2/2022) awal pekan ini, karena ditopang oleh sentimen positif dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2021.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 1,09% ke level 6.804,937 menjadi rekor tertinggi baru sepanjanng sejarah, setelah sempat menyentuh level tertinggi harian pada 6.806,73.
Nilai transaksi IHSG kembali meningkat menjadi Rp 12,9 triliun. Sebanyak 319 saham menguat, 203 lainnya melemah, dan 160 sisanya stagnan. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) hingga mencapai Rp 2,02 triliun di pasar reguler.
Reli terjadi menyambut rilis Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal IV-2021 yang tumbuh 5,02% secara tahunan. Dengan demkian, sepanjang 2021 ekonomi Indonesia terhitung tumbuh 3,69% atau membaik dari posisi 2020 yang terkontraksi sebesar -2,07%.
Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut memicu penguatan di pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) sebagaimana terlihat dari meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi acuan.
Mayoritas investor melepas obligasi pemerintah, ditandai dengan naiknya imbal hasil dan pelemahan harga di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN bertenor tiga tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor tiga tahun turun 2 basis poin (bp) ke level 3,505%. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara menguat 3,9 bp ke 6,492%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Namun, energi positif tersebut tidak tampak di pasar valuat asing. Rupiah justru melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah bergerak liar di sepanjang perdagangan kemarin, meski indeks Dolar AS melemah.
Pelemahan terjadi mengiringi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang mengumumkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang kembali diketatkan alias naik ke level III.
Rupiah yang sempat menguat 0,13% ke Rp 14.360/US$ di pasar spot pada pagi hari akhirnya berbalik tertekan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.395/US$ atau melemah 0,12%. Mayoritas mata uang utama Asia juga melemah melawan dolar AS hari ini.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220208061023-17-313602/ppkm-effect-bisa-terhindarkan-hari-ini-asalkan