Semarang, Kontak Perkasa Futures - Setelah anjlok lebih dari 4% dalam 4 hari perdagangan sebelumnya, harga emas dunia masih belum mampu bangkit, dan tertahan di bawah US$ 1.800/troy ons. Rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) yang "super hot" alias sangat tinggi memperkuat isu kenaikan suku bunga lebih awal, yang memberikan pukulan telak bagi emas.
Melansir data Refintiv, pada perdagangan Rabu kemarin, emas mengakhiri perdagangan di US$ 1.788,5/troy ons, melemah tipis kurang dari 0,1%. Meski demikian, emas sudah mencatat pelemahan dalam 5 hari beruntun.
Departemen Perdagangan AS kemarin malam melaporkan inflasi yang dilihat dari personal consumption expenditure (PCE) melesat 5% year-on-year (YoY) di bulan Oktober. Rilis tersebut menjadi yang tertinggi sejak November 1990.
Sementara inflasi inti PCE yang tidak memasukkan item energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 4,1% YoY, lebih tinggi dari bulan September 3,6% YoY, dan sesuai dengan prediksi Reuters. Inflasi yang menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter ini berada di level tertinggi sejak Januari 1991.
Kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat juga terlihat dari rilis notula rapat kebijakan moneter bulan ini. Dalam notula tersebut menunjukkan para anggota dewan siap menaikkan suku bunga lebih awal jika inflasi terus meningkat.
"Banyak anggota melihat komite pembuat kebijakan moneter harus menyiapkan penyesuaian laju pembelian aset dan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang perkirakan saat ini jika inflasi terus lebih tinggi di atas target bank sentral," tulis notula tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (24/11).
Data lain yang dirilis kemarin juga menunjukkan penguatan perekonomian AS sehingga mendukung kenaikan suku bunga lebih cepat.
Klaim tunjangan pengangguran mingguan mengalami penurunan menjadi 199.000 orang yang merupakan level terendah dalam lebih dari 50 tahun terakhir. Kemudian belanja konsumen di bulan Oktober dilaporkan naik 1,3% dari bulan sebelumnya yang naik 0,6%. Belanja konsumen merupakan tulang punggung perekonomian AS, berkontribusi sekitar 70% dari total produk domestik bruto (PDB).
Pasca rilis tersebut, perangkat GDPNow milik The Fed Atalanta menunjukkan PDB berpeluang tumbuh 8,6% di kuartal IV tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 8,2%.
Alhasil, emas yang pada pekan lalu digadang-gadang bakal kembali melesat mulai kehilangan tenaganya, dan mencatat pelemahan 5 hari beruntun.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211125055102-17-294202/inflasi-di-as-super-hot-harga-emas-makin-ngenes