Return to site

Bursa Asia Mulai Dibuka Loyo, Hanya STI yang Naik Tipis-Tipis

Semarang, PT KP Press - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Kamis (31/3/2022), di tengah koreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) karena investor cenderung merespons negatif dari naiknya kembali harga minyak mentah dunia.

Hanya indeks Straits Times Singapura (STI) dan ASX 200 Australia yang dibuka di zona hijau pada hari ini. STI dibuka naik tipis 0,06%, sedangkan ASX 200 menguat 0,4%.

Sementara sisanya dibuka di zona merah. Indeks Nikkei Jepang dibuka merosot 0,78%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,23%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,46%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,07%.    

Investor di Asia-Pasifik akan memantau rilis data aktivitas manufaktur China periode Maret 2022. Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) China periode Maret 2022 versi NBS akan dirilis pada pukul 08:30 WIB.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung terkoreksi mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street, yang kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu waktu AS, karena investor cenderung merespons negatif dari naiknya kembali harga minyak mentah dunia.

Indeks Dow Jones ditutup turun 0,19% ke level 35.228,809, S&P 500 melemah 0,63% ke 4.602,45, dan Nasdaq ambles 1,21% ke posisi 14.442,28.

Harga minyak mentah acuan dunia kembali naik akibat kekhawatiran terkait ketidakpastian dalam pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

Pada hari ini pukul 06:36 WIB, harga minyak jenis Brent melesat 2,92% ke level US$ 113,45/barel. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), harganya sudah berada di US$ 107,82/barel, melonjak 3,43%.

Kenaikan harga minyak terjadi setelah tren koreksi yang lumayan dalam. Meski hari ini menanjak, tetapi harga Brent dan light sweet masih membukukan koreksi 7,92% dan 6,45% secara mingguan. Ini menandakan betapa dalamnya 'luka' harga minyak.

Koreksi harga yang sudah dalam tersebut membuat investor kini memandang harga minyak cenderung lebih murah. Aksi borong pun terjadi sehingga mendongkrak harga.

Dari seputaran konflik Rusia-Ukraina beserta negara Blok Barat, serangan Rusia terhadap Ukraina masih terjadi, meski dialog keduanya tengah berlangsung.

Dunia sempat 'tergocek' oleh langkah Rusia. Sebelum menyerang Ukraina, Rusia juga pernah menarik mundur pasukannya dari perbatasan. Namun pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia, Vladimir Putin ternyata mengumumkan serangan ke Ukraina yang disebutnya sebagai operasi khusus.

"Setelah sempat terkecoh, pelaku pasar sepertinya tidak akan membuat kesalahan yang sama," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates yang berkedudukan di Illinois, seperti dikutip dari Reuters.

Akibat masih berlangsungnya gempuran ke Ukraina, Rusia terancam terkena sanksi baru dari AS dan sekutunya. Sanksi beru tersebut akan berfokus untuk mematikan rantai pasok persenjataan Negeri Beruang Merah.

"Kami akan berfokus kepada kemampuan Kremlin untuk mengoperasikan mesin perang mereka," tegas Wally Adeyemo, Wakil Menteri Keuangan AS, sebagaimana diwartakan Reuters.

Di lain sisi, investor di AS juga masih terus mengawasi pasar obligasi karena imbal hasil (yield) Treasury AS tenor 5 tahun dan 30 tahun mengalami inversi pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak 2016 dan selisih antara yield Treasury 2-tahun dan 10-tahun mendekati zona negatif pada hari Selasa.

Inversi kurva imbal hasil dilihat oleh beberapa investor, trader dan ekonom sebagai salah satu indikator resesi.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220331083354-17-327504/bursa-asia-mulai-dibuka-loyo-hanya-sti-yang-naik-tipis-tipis